Uang Administrasi?

Hari ini saya pergi ke salah satu kantor Instansi Pemerintah untuk mengurus surat izin keramaian. Setibanya di kantor tersebut saya disuruh memfotocopy sebuah surat yang saya minta. Sekembalinya ke kantor dan ketika semua berkas yang saya butuhkan sudah kelar, seorang petugas berkata kepada saya,

“Jangan lupa dik, uang administrasinya.” Saya tak terlalu menghiraukannya dan sibuk memeriksa berkas-berkas surat tersebut, kemudian sang petugas mengingatkan lagi dengan statement yang sama. Dengan nada polos saya bertanya,

“Berapa Bu?”

“Terserah adik saja.” Saya lantas merogoh dompet dan memberikan selembar uang kepadanya. Diterimanya uang tersebut dengan wajah sedikit kusut, dugaan saya karena jumlahnya yang sedikit.

Hmm, awalnya saya tidak menyangka bakal dimintai uang administrasi. Secara status saya yang masih mahasiswa dan izin yang saya urus tersebut untuk kegiatan kampus, bukan acara pribadi. Tapi itulah kenyatannya.

Saya lalu teringat ketika beberapa tahun lewat mengurus surat kehilangan kartu ATM ke kantor polisi. Setelah selesai petugas yang melayani saya meminta uang administrasi dan dengan terpaksa saya memberinya. Timbul pertanyaan dan praduga dalam hati saya, apakah gaji mereka kurang, apakah ini yang diajarkan para pendahulunya sehingga sudah menjadi tradisi? Saya tentu kecewa, dengan label abdi masyarakat mereka justru malah menyusahkan masyarakat. Padahal para abdi masyarakat ini segala aktivitasnya di kantor dibiayai oleh dana yang bersumber dari masyarakat, seperti pajak. Salut!

4 thoughts on “Uang Administrasi?

Leave a reply to f.nugroho Cancel reply